Masuk Menjadi Anggota Team Badminton Pekerja Magang! Juga Ikut Serta ke Dalam Komunitas Lokal!
Kenapa ya, dengan hanya mengibaskan raket dan melontarkan shuttlecock bagi saya terasa sangat menyenangkan. Pertama kalinya saya ikut bergabung latihan dengan team badminton begitu terasa cepat berlalu.
Sebenarnya, saya sudah mendengar cerita dari para pekerja magang, mengenai keikut sertaan mereka ikut team badminton di Kesennuma setelah mereka pulang bekerja. Saya pun bermaksud untuk melihat kegiatan tersebut dan akhirnya dapat terwujud pada bulan lalu. Komunitas yang sangat terbuka dan saya pun mulai bertanya apakah saya dapat ikut serta ke dalam komunitas latihan badminton tersebut dengan jadwal satu bulan sekali ketika saya berkunjung ke Kesennuma. Kemarin, adalah hari pertama saya ikut latihan.
Di sebuah Gedung serbaguna yang bernama Shishiori Kouminkan, terdapat dua lapangan badminton yang sangat luas. Dengan raket yang sudah saya beli dari toko raket tadi pagi, saya pun ikut serta dalam latihan badminton bersama penerjemah saya, Andi-san yang juga paling semangat dalam bermain. Dengan keikut sertaan ini, hal yang tidak terlalu serius pun dapat saya rasakan maknanya.
Sebelum bermain, kami menyiapkan peralatan, sambil memasang net dan orang-orang pun mulai berdatangan. Tidak ada yang mengatur mereka, dengan bebas mereka saling mengobrol, ada yang istirahat, ada juga yang ikut latihan dengan serius layaknya ikut serta pada pertandingan yang sebenarnya. Saya yang hanya memiliki pengalaman bermain badminton dengan kawan dan keluarga saya di jalan pada saat saya sekolah dasar dulu ini memulai latihan dengan latihan ringan melontarkan shuttlecock dengan Andi-san. Saya yang sejak kegiatan 200 kilometer bersepeda, menyusuri pesisir kepulauan Sumatera, daerah Sanriku, juga daerah Hanshin-Awaji, tidak pernah lagi melakukan kegiatan berolahraga ini, pada saat lima menit pertama tangan saya terasa sakit dan tidak bisa saya gerakkan lagi.
Apa mungkin baru saja lima menit bermain saya harus selesai bermain badminton, kemudian Andi-san memijat tangan saya. Kemudian tidak lama kemudian, seorang pekerja magang Indonesia yang bernama Ato-san datang ke lapangan sepulangnya dia dari bekerja sejak pagi jam 6. Ato-san kemudian menjadi lawan bermain saya dan mungkin dengan terus bermain badan saya menjadi hangat sehingga perasaan sakit pada tangan saya pun menghilang. Malah sebaliknya, kenapa saya merasakan perasaan yang sangat menyenangkan seperti ini.
Kemudian pekerja magang lainnya dari Indonesia yang bernama Ikhsan-san mengajarkan bahwa, “daripada mengenai bagian tengah raket, lebih baik mengenai agak sedikit ke bagian atas” ujarnya. Saya pun diajarkan untuk cara mengibaskan raket dengan benar oleh salah seorang anggota yang ternyata dia seorang polisi. Kemudian saya bertemu dengan Onodera-san, perwakilan grup SS Rapinchi. Onodera-san berkata bahwa, “saya pun mengingat aturan badminton ini memakan waktu satu tahun lamanya” jelasnya. Bersama Onodera-san, saya diajarkan untuk mengetahui aturan pertandingan, dan tanpa disadari 2 jam lamanya saya ikut dalam kegiatan latihan badminton tersebut.
Tepat pukul 9 latihan selesai. Pada jam-jam ini, hampir semua toko dan restaurant di Kesennuma sudah tutup. Tapi malam ini tidak apa-apa. Karena Izakaya yang bernama TSUNAGI milik Onodera-san yang dibangunnya dua tahun lalu masih buka (akan tutup ketika pengunjung sudah tidak ada).
Kemudian, saya dan Andi-san pun masuk berkunjung ke Izakaya tersebut dan bertemu dengan salah satu orang yang sama-sama ikut kegiatan latihan badminton. Orang tersebut berkomentar kepada saya, “racket yang mahal itu beda lho!” katanya. Onodera-san pun bercerita bahwa sejak ditiadakannya kegiatan Minato Matsuri tahun lalu, maka beliau pun membuat acara di depan tempat parkir Izakaya miliknya dengan nama “Kodomo Izakaya – Bir khusus untuk Anak-Anak” dan beliau pun memperlihatkan foto kegiatannya. Onodera-san juga bercerita soal badminton dan hobinya dengan motor. Dari sini, saya pun mulai memahami bagaimana komunitas lokal terbentuk. Onodera-san pun banyak bertanya kepada Andi-san tentang pendapatnya sebagai orang Indonesia dalam melihat Jepang. Banyak sekali hal-hal menarik yang saling ditanyakan dan saya pun, sudah sekian tahun lamanya bersama-sama berkegiatan dengan Andi-san tidak sempat bertanya tentang hal-hal menarik yang ditanyakan oleh Onodera-san.
Dengan adanya corona, mungkin banyak kegiatan besar tidak bisa dilakukan. Akan tetapi, dengan hal-hal simple dan menarik seperti ini justru adalah kegiatan yang paling ingin saya lakukan. Pada awalnya sih, dengan adanya uang bantuan yang besar maka saya pun berpikir bahwa saya harus menghasilkan banyak kegiatan, namun pada akhirnya hal-hal sederhana seperti ini justru saya rasa ingin terus dilanjutkan.